Iklan

Sabtu, 25 Oktober 2025, 10.30.00 WIB
ACEH SINGKIL

"Naik Bahagia, Turun Nyesek: Wajah-Wajah di Balik Pelantikan Pejabat Aceh Singkil"

Iklan

Pejabat Eselon II, III dan III Usai Dilantik Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon di Off Room Setdakab Aceh Singkil, Jum'at (24/10/2025) (Sumber Prokopim)

Feature: Oleh: Idrus Syahputra 


Langit Aceh Singkil tampak teduh, tapi di dalam aula Sekretariat Daerah, udara terasa tegang. Deretan kursi berwarna merah dan biru tua dipenuhi pejabat berpakaian dinas. Wajah-wajah serius, senyum-senyum kaku, dan bisik-bisik pelan terdengar sebelum acara dimulai.


Di panggung depan, bupati Safriadi Oyon berdiri tegak mengenakan jas hitam. Di sampingnya, Wakil Bupati Hamzah Sulaiman sesekali berbincang ringan. Tapi di barisan kursi para pejabat, suasana terasa campur aduk — antara harapan, rasa cemas, dan mungkin juga sedikit firasat.


Satu per satu nama mulai disebut oleh pembawa acara.“Abdul Haris, S.P, M.M – dari Kepala Dinas Pangan menjadi Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan.”


Beberapa kepala menoleh, tersenyum ramah. Haris menunduk mengucapkan syukur "Alhamdulillah". Senyumnya merekah — bahagia tapi tetap berusaha menjaga wibawa di hadapan rekan-rekan.


Tak lama kemudian, nama lain disebut lagi.

“Erwin Syahputra, S.T, M.M – dari Kepala Dinas PUPR menjadi Kepala Dinas Perikanan.”

Senyum hangat merekah di wajah Erwin.


Mereka berbahagia — dan wajar saja. Dalam dunia birokrasi, naik jabatan berarti pengakuan, berarti kepercayaan baru. Tapi di saat sebagian orang menahan haru karena senang, ada yang justru menelan ludah getir, menatap kosong ke arah podium.


*Nama Dipanggil, Tapi Jabatan Tak Lagi Sama*


“Ali Hasmi, S.E, M.Si – dari Kepala BKPSDM menjadi Kabid Kearsipan Dinas Perpustakaan.”


Suasana ruangan hening sejenak seakan bertanya kok bisa..?. Hanya beberapa orang yang menatap, mencoba memberikan sikap tegap namun terlihat kaku, tapi matanya tak bisa berbohong. Ada sorot kecewa yang dalam yang belum dapat dikeluarkan saat itu.


Tamu di belakang berbisik “Tentu berat kali tu ya, turun dari Kadis ke Kabid.” Akankah setelah ini ada upaya perlawanan.?


Tak lama, giliran Drs Saiful Umar M.Si disebut. Dari Kadis Perikanan, kini menjadi Kabid Ideologi dan Wawasan Kebangsaan. Ia menatap lurus ke depan, menegakkan bahu, namun ekspresi wajah tak dapat membohongi goyangnya hati.


Hal yang sama dirasakan oleh tiga mantan Kadis lainya Azwir SH dari Kadis DPMK menjadi Kabid Perindustrian pada Dinas Perindagkop dan UKM, Ahmad Rivai SH dari Kepala Bappeda Aceh Singkil menjadi Kabid Pengolahan dan Pemasaran pada Dinas Perkebunan dan Rumadan SH dari Kadis Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak jadi Kabid Pengembangan Sumber Daya Pada Dinas Syariat Islam. Ekspresi tegang dan kaku dan mungkin sembari bertanya dalam hati, ko kok jadinya begini, turun kelasnya terlalu sadis.

Sebelum Mendengarkan Pembacaan Nama - Nama Pejabat Yang Akan Digeser. (Sumber Photo, Prokopim)


Sesaat Tamu Undangan Mengucapkan Kata selamat dan Sabar Usai Prosesi Pelantikan . (Sumber Photo Prokopim)


“Tak Ada Balas Dendam,” Kata Bupati, Tapi…


Dalam sambutannya, Bupati Safriadi Oyon berbicara tenang. Kalimatnya runtut, nadanya mantap.


“Mutasi dan promosi jabatan ini bagian dari penyegaran organisasi. Jabatan itu amanah, bukan hak. Mari bekerja dengan loyalitas dan profesionalisme.”pintanya.


Ketika wartawan PENAACEH menanyakan apakah mutasi ini berbau politik, Safriadi menjawab tegas,


“Tidak ada unsur balas dendam. Ini murni hasil evaluasi.” ujarnya kembali menegaskan.


Jawaban itu singkat, tapi penuh beban. Karena di luar gedung, isu soal “balas dendam politik” sudah terlanjur beredar. Lima pejabat yang turun jabatan memang dikenal tidak berada di lingkaran politik Safriadi saat Pilkada 2024.


Namun bagi sang bupati, keputusan itu adalah bentuk pembenahan. “Saya ingin roda birokrasi berjalan seimbang,” katanya kemudian.


*Bahagia dan Nyesek dalam Satu Ruangan*


Usai acara, suasana aula berubah. Para pejabat yabg naik tampak tawa mereka terdengar renyah. Di sisi lain, beberapa pejabat yang dimutasi hanya duduk sebentar, menerima ucapan selamat seadanya, lalu keluar diam-diam.


*Menata Ulang Roda Birokrasi*


Meski penuh drama emosional, mutasi ini menjadi sinyal bahwa pemerintahan baru di bawah Safriadi-Hamzah mulai bergerak menata birokrasi. Sejumlah jabatan kepala dinas kini kosong dan akan diisi pelaksana tugas (Plt) sambil menunggu proses lelang jabatan akhir tahun ini.


“Nanti kita isi Plt dulu untuk jabatan yang kosong,” ujar Safriadi.


Langkah itu disebut sebagian pihak sebagai bentuk kehati-hatian. Safriadi tak ingin terburu-buru, tapi juga tak mau dibilang lamban. Ia sedang merajut keseimbangan: antara politik, kinerja, dan rasa keadilan di tubuh ASN.


*Antara Rasa dan Realitas*


Bagi sebagian pejabat yang hari itu kehilangan jabatan, pelantikan itu mungkin akan lama membekas. Tapi bagi yang naik, itu jadi momen kebanggaan yang akan dikenang seumur hidup.


Begitulah birokrasi — tempat di mana tawa dan tangis bisa terjadi dalam satu ruangan terkadang nangis bathin, di hari yang sama.


Di luar gedung, senja mulai turun bahkan menjelang sholat magrib. Langit Aceh Singkil berwarna jingga, seolah ikut menyaksikan kisah kecil yang terjadi di ruang kekuasaan itu: kisah tentang jabatan, tentang manusia, dan tentang hati yang mencoba tetap tabah di tengah perubahan.

Close Tutup Iklan