Iklan
![]() |
| Pengumuman BBM di SPBU Singkil Utara Tidak Masuk |
Aceh Singkil — Sudah tiga hari berturut-turut SPBU Singkil Utara tidak menerima pasokan BBM, baik jenis Pertalite, Pertamax, Solar, maupun jenis lainnya. Kondisi ini menimbulkan dampak serius bagi masyarakat, terutama para nelayan yang menggantungkan hidup pada aktivitas melaut setiap hari.
Situasi ketiadaan pasokan BBM tersebut menambah panjang persoalan kelangkaan minyak yang tengah melanda Aceh Singkil secara umum. Meski sesekali ada pasokan datang ke sejumlah SPBU lain, namun jumlahnya cepat habis akibat masyarakat berbondong-bondong membeli karena khawatir terjadi kekosongan lebih lama.
Ironisnya, SPBU Singkil Utara berdiri atas rekomendasi para nelayan agar distribusi BBM lebih dekat dan terjamin untuk kebutuhan melaut. Namun dalam keadaan sekarang, justru para nelayan yang paling merasakan dampaknya. Stok ikan dari wilayah Singkil Utara pun dikhawatirkan terganggu karena banyak kapal tidak dapat beroperasi tanpa bahan bakar.
Kondisi ini mendapat sorotan tajam dari Gerakan Aliansi Nelayan Aceh Singkil (GANAS). Ketua GANAS, Rahmi Yasir, mempertanyakan penyebab lambatnya pasokan BBM ke SPBU tersebut, apalagi jika dibandingkan dengan SPBU lain di wilayah Aceh Singkil.
“Di SPBU Singkil kemarin masuk, hari ini juga masuk. SPBU Rimo juga hampir setiap hari ada pasokan. Tapi SPBU Singkil Utara sudah tiga hari tidak masuk. Ada apa? Kenapa bisa berbeda? Padahal pemilik SPBU ini sama, yakni Safriadi Oyon yang sekarang menjabat sebagai Bupati Aceh Singkil 2025–2030,” ujar Rahmi.
Rahmi menegaskan bahwa kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena berdampak langsung pada keberlangsungan hidup ratusan nelayan. Ia meminta agar pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan pengelola SPBU, memberikan penjelasan terbuka kepada publik dan segera mengambil langkah penanganan yang jelas.
GANAS juga menyoroti potensi ketidakadilan distribusi BBM antar SPBU. Menurut mereka, jika pasokan dapat rutin masuk ke SPBU lain, maka tidak ada alasan logis SPBU Singkil Utara mengalami kekosongan sampai tiga hari berturut-turut.
“Kami meminta transparansi penuh. Jangan sampai nelayan merasa dianaktirikan. SPBU Singkil Utara ini berdiri berkat rekomendasi nelayan, tetapi justru nelayan yang sekarang paling dirugikan. Kalau ada masalah internal atau teknis, sampaikan terbuka. Jangan sampai timbul dugaan adanya pengaturan pasokan yang tidak merata,” tambahnya.
Rahmi menyebutkan, bila situasi ini terus berlanjut, pihaknya bersama para nelayan tidak menutup kemungkinan akan melakukan aksi protes terbuka sebagai bentuk tekanan moral agar pemerintah tidak menutup mata terhadap persoalan kelangkaan BBM di Singkil Utara.
GANAS berharap pemerintah daerah segera turun tangan, memastikan distribusi BBM berjalan adil, proporsional, dan tidak merugikan masyarakat kecil—terutama para nelayan yang menjadi tulang punggung ekonomi pesisir Aceh Singkil.

Tutup Iklan